Rabu, 09 Mei 2012

Tentang Jawa Tengah

Melalui proses panjang dan usaha tak kenal lelah Griya Jateng telah berdiri dan beroperasi hingga sekarang. Keberadaannya bisa dikatakan sebagai duta provinsi Jawa Tengah di Mesir sekaligus di Timur Tengah secara lebih umum. Status seperti ini baru dimiliki oleh Griya Jateng Cairo saja mengingat rumah daerah inilah yang baru pertama kali dibangun oleh Jawa Tengah di kawasan Timur Tengah. Sebuah pilihan yang tidak keliru bagi salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak hal yang patut dibanggakan sebagai sebuah wilayah pemerintahan, Jawa Tengah memiliki sejarah panjang dan peran besar bagi bangsa Indonesia. Tercatat dalam sejarah bahwa pada abad VII M terdapat pemerintahan dalam bentuk kerajaan yang menguasai wilayah Jawa Tengah. Kerajaan tersebut adalah kerajaan Kalingga yang terletak di daerah Jawa Tengah bagian utara. Kemudian muncul kerajaan Mataram Kuno di daerah Jawa Tengah bagian selatan yang melahirkan dua dinasti besar, Wangsa Sanjaya yang menganut agama Hindu, serta Wangsa Syailendra yang menganut agama Budha. Kerajaan-kerajaan masa awal ini memiliki leluhur dari daerah Indocina yang mungkin tertarik untuk bermigrasi ke sebuah wilayah nan subur dan makmur yaitu Jawa Tengah.

Masa selanjutnya ditandai dengan kekuasaan kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur namun menguasai hampir sebagian besar pulau Jawa. Kemudian kekuasaan kerajaan ini makin surut di akhir abad XIV berbarengan dengan semakin berkembangnya agama Islam yang dibawa oleh para pedagang dari India, Arab, Persia, dan Tiongkok semenjak abad XIII. Ramainya kedatangan para pedagang asing di pelabuhan-pelabuhan Jawa Tengah menunjukkan betapa wilayah ini memiliki posisi yang sangat strategis dalam aktifitas perdagangan. Babak baru perjalanan sejarah Jawa Tengah ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang dirintis oleh kerajaan Demak. Proses penyebaran agama Islam pada masa awal ini mencatatkan kisah tentang para wali, terutama wali sembilan atau walisongo.

Kekayaan alam yang melimpah mengundang kedatangan bangsa lain yang ingin menguasai wilayah Nusantara termasuk Jawa Tengah, yaitu bangsa Eropa. Diawali oleh Portugis, bangsa Eropa kemudian menancapkan kekuasaan kolonial di Jawa dan seluruh wilayah Indonesia. Masa kolonial ini merupakan masa-masa sulit bagi bangsa Indonesia sebagai sebuah negara jajahan. Perjuangan dilakukan selama tak kurang dari 350 tahun hingga Belanda meninggalkan Indonesia pada tahun 1942. Masa setelah itu hingga kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah masa kekuasaan Jepang yang menyebut diri sebagai saudara tua bagi sebuah negara makmur dan memiliki lokasi strategis bagi lalu lintas dunia.
Keraton Kasunanan Surakarta.Keraton Mangkunegaran Surakarta.

Di tengah masa perjuangan melawan penjajah ini, Jawa Tengah tampil dalam perjuangan untuk mengusir bangsa kolonial maupun imperial. Melalui kerajaan-kerajaan seperti Demak, Pajang, dan Mataram Islam, rakyat Jawa Tengah berjuang bersama para bangsawan untuk mempertahankan tanah air tercintanya. Dari perjuangan inilah muncul banyak nama-nama pahlawan yang merupakan putra-putra Jawa Tengah. Hingga sekarang di masa kemerdekaan, terdapat beberapa kerajaan Jawa bagian tengah yang masih berdiri eksis yaitu keraton Kasultanan dan Pakualaman di wilayah provinsi DIY, serta keraton Kasunanan dan Mangkunegaran di wilayah karesidenan Surakarta provinsi Jawa Tengah.

Jawa Tengah sebagai salah satu Propinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya 5o40' dan 8o30' Lintang Selatan dan antara 108o30' dan 111o30' Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk pulau Karimunjawa).

Secara administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah.

Menurut penggunaannya, luas lahan sawah terbesar berpengairan teknis (38,26 persen), selainnya berpengairan setengah teknis, tadah hujan dan lain-lain. Dengan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah yang dapat ditanami padi lebih dari dua kali sebesar 69,56 persen.

Berikutnya lahan kering yang dipakai untuk tegalan/kebun/ladang/huma sebesar 34,36 persen dari total bukan lahan sawah. Persentase tersebut merupakan yang terbesar, dibandingkan presentase penggunaan bukan lahan sawah yang lain.

Menurut Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang, suhu udara rata-rata di Jawa Tengah berkisar antara 18oC sampai 28oC. Tempat-tempat yang letaknya dekat pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Sementara itu, suhu rata-rata tanah berumput (kedalaman 5 Cm), berkisar antara 17oC sampai 35oC. Rata-rata suhu air berkisar antara 21oC sampai 28oC. Sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen samapai 94 persen. Curah hujan terbanyak terdapat di Stasiun Meteorologi Pertanian khusus batas Salatiga sebanyak 3.990 mm, dengan hari hujan 195 hari.

 http://www.facebook.com/note.php?note_id=81107567930

0 komentar:

Posting Komentar