Melalui
proses panjang dan usaha tak kenal lelah Griya Jateng telah berdiri dan
beroperasi hingga sekarang. Keberadaannya bisa dikatakan sebagai duta
provinsi Jawa Tengah di Mesir sekaligus di Timur Tengah secara lebih
umum. Status seperti ini baru dimiliki oleh Griya Jateng Cairo saja
mengingat rumah daerah inilah yang baru pertama kali dibangun oleh Jawa
Tengah di kawasan Timur Tengah. Sebuah pilihan yang tidak keliru bagi
salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak hal yang patut
dibanggakan sebagai sebuah wilayah pemerintahan, Jawa Tengah memiliki
sejarah panjang dan peran besar bagi bangsa Indonesia. Tercatat dalam
sejarah bahwa pada abad VII M terdapat pemerintahan dalam bentuk
kerajaan yang menguasai wilayah Jawa Tengah. Kerajaan tersebut adalah
kerajaan Kalingga yang terletak di daerah Jawa Tengah bagian utara.
Kemudian muncul kerajaan Mataram Kuno di daerah Jawa Tengah bagian
selatan yang melahirkan dua dinasti besar, Wangsa Sanjaya yang menganut
agama Hindu, serta Wangsa Syailendra yang menganut agama Budha.
Kerajaan-kerajaan masa awal ini memiliki leluhur dari daerah Indocina
yang mungkin tertarik untuk bermigrasi ke sebuah wilayah nan subur dan
makmur yaitu Jawa Tengah.
Masa selanjutnya ditandai dengan
kekuasaan kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur namun menguasai
hampir sebagian besar pulau Jawa. Kemudian kekuasaan kerajaan ini makin
surut di akhir abad XIV berbarengan dengan semakin berkembangnya agama
Islam yang dibawa oleh para pedagang dari India, Arab, Persia, dan
Tiongkok semenjak abad XIII. Ramainya kedatangan para pedagang asing di
pelabuhan-pelabuhan Jawa Tengah menunjukkan betapa wilayah ini memiliki
posisi yang sangat strategis dalam aktifitas perdagangan. Babak baru
perjalanan sejarah Jawa Tengah ditandai dengan munculnya
kerajaan-kerajaan Islam yang dirintis oleh kerajaan Demak. Proses
penyebaran agama Islam pada masa awal ini mencatatkan kisah tentang para
wali, terutama wali sembilan atau walisongo.
Kekayaan alam yang
melimpah mengundang kedatangan bangsa lain yang ingin menguasai wilayah
Nusantara termasuk Jawa Tengah, yaitu bangsa Eropa. Diawali oleh
Portugis, bangsa Eropa kemudian menancapkan kekuasaan kolonial di Jawa
dan seluruh wilayah Indonesia. Masa kolonial ini merupakan masa-masa
sulit bagi bangsa Indonesia sebagai sebuah negara jajahan. Perjuangan
dilakukan selama tak kurang dari 350 tahun hingga Belanda meninggalkan
Indonesia pada tahun 1942. Masa setelah itu hingga kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah masa kekuasaan Jepang yang menyebut
diri sebagai saudara tua bagi sebuah negara makmur dan memiliki lokasi
strategis bagi lalu lintas dunia.
Di
tengah masa perjuangan melawan penjajah ini, Jawa Tengah tampil dalam
perjuangan untuk mengusir bangsa kolonial maupun imperial. Melalui
kerajaan-kerajaan seperti Demak, Pajang, dan Mataram Islam, rakyat Jawa
Tengah berjuang bersama para bangsawan untuk mempertahankan tanah air
tercintanya. Dari perjuangan inilah muncul banyak nama-nama pahlawan
yang merupakan putra-putra Jawa Tengah. Hingga sekarang di masa
kemerdekaan, terdapat beberapa kerajaan Jawa bagian tengah yang masih
berdiri eksis yaitu keraton Kasultanan dan Pakualaman di wilayah
provinsi DIY, serta keraton Kasunanan dan Mangkunegaran di wilayah
karesidenan Surakarta provinsi Jawa Tengah.
Jawa Tengah sebagai
salah satu Propinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Propinsi besar,
yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya 5o40' dan 8o30' Lintang
Selatan dan antara 108o30' dan 111o30' Bujur Timur (termasuk Pulau
Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 Km dan dari
Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk pulau Karimunjawa).
Secara
administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6
Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar
25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas
yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan
2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah.
Menurut
penggunaannya, luas lahan sawah terbesar berpengairan teknis (38,26
persen), selainnya berpengairan setengah teknis, tadah hujan dan
lain-lain. Dengan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah yang
dapat ditanami padi lebih dari dua kali sebesar 69,56 persen.
Berikutnya
lahan kering yang dipakai untuk tegalan/kebun/ladang/huma sebesar 34,36
persen dari total bukan lahan sawah. Persentase tersebut merupakan yang
terbesar, dibandingkan presentase penggunaan bukan lahan sawah yang
lain.
Menurut Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang, suhu udara
rata-rata di Jawa Tengah berkisar antara 18oC sampai 28oC. Tempat-tempat
yang letaknya dekat pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif
tinggi. Sementara itu, suhu rata-rata tanah berumput (kedalaman 5 Cm),
berkisar antara 17oC sampai 35oC. Rata-rata suhu air berkisar antara
21oC sampai 28oC. Sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi,
dari 73 persen samapai 94 persen. Curah hujan terbanyak terdapat di
Stasiun Meteorologi Pertanian khusus batas Salatiga sebanyak 3.990 mm,
dengan hari hujan 195 hari.
http://www.facebook.com/note.php?note_id=81107567930
0 komentar:
Posting Komentar